Selasa, 01 Juli 2014

VARIASI BENTUK PRONOMINA DALAM BAHASA MELAYU MANADO

1. PENDAHULUAN
Penerapan bahasa sebagai sebuah sistem terutama dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulisan akan lebih maksimal pendayagunaannya jika diiringi dengan penguasaan perbendaharaan kosakata yang luas.
Karena kata merupakan salah satu unsur penting dalam bahasa, keberadaannya menentukan ada tidaknya kalimat, kalimat menentukan ada atau tidaknya paragraf, dst. Lebih lanjut, dalam setiap kata terdapat sebuah makna bahkan tak jarang ada yang bersifat ambigu atau polisemi. Makna tersebut dapat berupa leksikal atau makna gramatikal yang seyogyanya memungkinkan manusia dapat dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaannya, idenya, atau pikirannya.
Lazimnya, Para ahli membagi kategori kata atau kelas kata menjadi tujuh bagian, berikut ini dijabarkan satu persatu: 1) Kata Kerja (Verba), merupakan sebuah kata yang menujukan adanya sebuah perbuatan atau tindakan, yang kemudian dalam konstruksi kalimat mengisi fungsi predikat; 2) Kata Sifat (Adjektiva), ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, dan benda. Dengan kata lain, adjektiva memberikan keterangan lebih khusus terhadap kata kerja (nomina) dalam kalimat. Sama halnya dengan verba, adjektiva pun demikian, mengambil posisi predikat dalam kalimat; 3) Kata Keterangan (Adverbia), adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Adverbia sendiri terdiri atas dua jenis, yakni adverbia dasar semisal alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, dst. dan adverbia turunan yang masih terkotak-kotak lagi menjadi tiga bagian, yakni adverbial reduplikasi, gabungan, dan adverbial yang berasal dari berbagai kelas; 4) Kata Benda (Nomina), ialah kata yang mengacu pada benda, hal, konsep manusia, binatang, bisa juga sebuah pengertian yang mengacu pada sebuah objek atau subjek; 5) Kata Ganti (Pronomina), jenis kategori kata ini berfungsi dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Dalam bahasa Indonesia pronomina terbagi atas tiga bagian, yakni nomina persona, nomina penunjuk, dan nomina penanya; 6) Kata Bilangan (Numeralia), merupakan kata yang digunakan untuk menunjukkan banyaknya suatu hal atau benda, seperti orang, binatang, barang dst.; 7) Kata Tugas merupakan kategori kata yang tidak memiliki makna leksikal, melainkan makna gramatikal. Artinya, makna kata tugas tidak ditentukan dari oleh kata itu sendiri secara lepas, melainkan ditentukan oleh keberadaan bentuk-bentuk yang lain dalam kalimat.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional yang berembrio dari bahasa Melayu memiliki banyak dialek, masing-masing dialek menunjukan ciri yang berbeda antara satu dialek dangan dialek yang lain, baik secara leksikal, gramatikal, maupun tingkat tutur.
Menurut Chambers dan Trudgill (1990:3), dialek merupakan sebuah bahasa substandard yang berstatus rendah, dan bersifat kedesaan. Dalam penggunaannya, dialek dikaikatkan dengan masyarakat tani, golongan pekerja, atau kelompok-kelompok lain yang tidak berkelas tinggi. Dialek juga identik dengan masyarakat penutur di daerah-daerah terpencil yang tidak mempunyai bentuk tulisan, bahkan dianggap sebagai sebuah bentuk kesalahan atau penyimpangan kaidah dari bahasa baku atau bahasa standar.
Lebih lanjut, Chambers dan Trudgill (1990:6) mengemukakan bahwa dialek sebagai ragam memiliki variasi tata bahasa dan leksikal yang berbeda dengan ragam-ragam yang lain.  Adapun ragam yang dimaksudkan di sini merupakan suatu bentuk bahasa yang memiliki perbedaan-perbedaan kecil yang disebut dialek.
Selanjutnya, berdasarkan rumusan yang diajukan Panitia Atlas Bahasa-bahasa Eropa (dalam Ayatrohaedi, 1985:1), dialek adalah suatu  sistem kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dengan masyarakat yang lain yang bertetangga yang menggunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya.
Singkat kata, makalah ini mengangkat masalah mengenai salah satu dialek bahasa Indonesia, yakni bahasa Melayu Manado dari segi kategori kata pronomina atau kata penunjuk. Adapun tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi bahasa yang terjadi pada bahasa Melayu Manado dalam hal pronomina.
Bahasa Melayu Manado dituturkan oleh penduduk di kota Manado, Bitung, Langowan, kabuapten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan sekitarnya. Dan sebagai salah satu dialek dari bahasa Melayu, tentulah sebagian besar kosakata dalam bahasa Melayu Manado sama dengan bahasa Indonesia. Namun demikian, bahasa Melayu Manado tetap memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Salah satu perbedaan yang paling mencolok dan menarik dalam bahasa Melayu Manado, yakni penggunaan pronomina persona pertama tunggal “kita” yang dalam bahasa Indonesia merupakan pronomina persona pertama jamak. Selain itu, pronomina ngana dalam bahasa Melayu Manado menjadi sebuah identitas bahasa yang menunjukan identitas daerah bagi penuturnya.

2. PEMBAHASAN
2.1 BATASAN DAN CIRI PRONOMINA DALAM BAHASA INDONESIA
Menurut Hasan Alwi, dkk. (1998:249) pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Misalnya, nomina guru dalam kalimat ”Guru mengajar dengan baik” dapat diganti dengan pronomina ia dan dia sehingga terdapat kalimat seperti “Ia mengajar dengan baik” atau “Dia mengajar dengan baik”.
Ditinjau dari fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina dapat menduduki posisi yang pada umumnya ditempati oleh kelas nomina seperti subjek dan objek. Perhatikan kata-kata bercetak miring pada contoh di bawah ini:

         1. Para polisi itu menangkap pelaku perampokan di pasar
                  S                 P                     O                      Ket.
         2. Mereka menangkap pelaku perampokan di pasar
       S             P                      O                   Ket.
3. Saya sudah mengembalikan buku Lisda kemarin
       S                   P                       O            Ket.
4. Saya sudah mengembalikan bukunya kemarin
       S                    P                      O         Ket.

Apabila kita perhatikan dengan seksama maka akan kita dapati pada contoh-contoh di atas bahwa pronomina selain mengacu pada nomina yang digantinya, juga mengganti fungsi sintaksis nomina tersebut. Frasa nominal Para polisi itu yang menduduki fungsi subjek dalam kalimat pada contoh (1) digantikan dengan pronomina persona ketiga jamak mereka dalam kalimat pada contoh (2); sedangkan Lisda dalam frasa nominal buku Lisda yang berkedudukan sebagai objek dalam kalimat pada contoh (3) diganti dengan pronomina persona ketiga melekat –nya yang menunjukan kepemilikan sehingga menjadi bukunya.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat tiga jenis pronomina, yakni pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina penanya.

a. Pronomina Persona
Pronomina persona merupakan kata ganti yang mengacu pada orang. Kata ganti ini masih terbagi atas tiga jenis, yakni persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Persona pertama menyangkut orang sedang berbicara atau komunikator sedangkan persona kedua merupakan mitra tutur dari penutur atau persona pertama, sementara itu orang yang sedang dibicarakan antara persona pertama dan kedua disebut persona ketiga. Untuk lebih jelas, perhatikan bangan berikut ini.

Persona
Makna
Tunggal
Jamak
Netral
Eksklusif
Inklusif
Pertama
saya, aku, ku-, -ku

kami
kita
Kedua
Engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu
Kalian, kamu sekalian, anda sekalian


Ketiga
Ia, dia, beliau,
-nya
mereka


                                       *Sumber Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

b. Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia terbagi atas tiga macam, yakni 1) pronomina penunjuk umum, 2) pronomina penunjuk tempat, dan 3) pronomina penunjuk ihwal. Berikut penjelasannya:
1. Pronomina Penunjuk Umum
Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada tempat yang dekat dengan penulis atau pembicara; itu mengacu pada sesuatu yang lebih jauh; sedangkan anu disebutkan ketika pembicara lupa dengan apa yang ingin disampaikan sementara tuturan sedang berlangsung.
2. Pronomina Penunjuk Tempat
Pronomina penunjuk tempat digunakan untuk menujukan jauh dekatnya sebuah lokasi dari sudut pandang pembicara—apabila lokasi yang dimaksud itu dekat maka ia akan menggunakan kata sini, agak jauh dengan situ, dan jika tempaatnya jauh pembicara akan menggunakan kata sana.
3. Pronomina Penunjuk Ihwal
Pronomina penunjuk ihwal atau perihal dalam bahasa Indonesia ialah begini dan begitu. Parameter perbedaannya sama dengan pronomina penunjuk tempat yakni jauh begini dan dekat begitu.  Dalam konteks tertentu, secara semantis keduanya dapat digantikan dengan kata demikian.

3. Pronomina Penanya
Pronomina penanya merupakan pemarkah yang berfugsi sebagai penanda dalam kalimat interogatif. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata siapa jika yang dipertanyakan adalah orang; apa mengacu pada barang atau hewan, sementara mana jika ihwal yang dimaksudkan merupakan sebuah pilihan.

2.2 ANALISIS PRONOMINA DALAM BAHASA MELAYU MANADO
2.2.1 PRONOMINA PERSONA
Bahasa Melayu Manado yang masih serumpun dengan bahasa Melayu, tentu saja memiliki banyak kesamaan kosakata termasuk dalam kategori atau kelas kata pronomina, namun demikian, bahasa Melayu Manado tetap memiliki perbedaan sebagai dialek baik dari segi leksikon maupun sintaksis.

2.2.1.1 Persona Tunggal
a. Kita
Persona pertama tunggal dalam bahasa Melayu Manado adalah kita. Kita dalam bahasa Melayu Manado digunakan dalam percakan sehari-hari atau hanya dalam situasi informal saja. Ketika seseorang berada dalam situasi formal persona pertama kita ini akan diganti dengan persona pertama tunggal bahasa Indonesia saya.
Contoh:
1) Kita ada momasa ikang
    ‘Saya sedang memasak ikan’
2) Dorang ada pukul pa kita
    ‘Mereka memukul saya
b. Ngana
Ngana merupakan persona kedua yang mengacu pada mitra tutur. Ngana sebagai pronomina persona kedua, tidak boleh salah digunakan karena berkaitan dengan nilai etika atau kesopanan berbahasa pada orang Manado.
Sama halnya dengan kata kita, kata ngana juga digunakan pada tuturan sehari-hari, namun pemaikaannya dikat oleh relasi hierarkis antara para penggunanya, namun jika penutur dan mitra tutur memiliki relasi bersifat egaliter atau sederajad, baik penutur maupun mitra tutur dapat menggunakan kata ngana dalam percakapan mereka.
Ngana tidak bisa dipakai kepada orang yang jauh lebih tua dari mitra tutur, atau anak kepada orang tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan. Dengan kata lain, yang dapat menggunakan kata ngana adalah mereka yang secara hierarkis barada pada posisi strata sosial yang lebih tinggi daripada mitra tutur. Namun demikian, untuk konteks tertentu, perihal kata ngana ini lebih dipengaruhi oleh seberapa dekat dan jauh hubungan emosional atarpemakainya.
Contoh:
1) Ngana mo makang apa?
    ‘Anda ingin makan apa?’
2) Ngana pe mama ada pi pasar.
    ‘Ibumu pergi ke pasar.’
c. Dia
Dia dipakai sebagai pengganti untuk mengacu pada orang yang sedang dibicarakan atau pronomina persona ketiga. Pada dasarnya, bentuk ini sama dengan bahasa induknya, yakni bahasa Melayu.

Contoh:

         1) Dia mo makang mar depe bibir ada sariawan.
    ‘Dia mau makan tapi ada sariawan di bibirnya.’
2) Dia pe laki orang so ambe.
    ‘Suaminya telah diambil orang.’

2.2.1.2 Persona Jamak
a. Torang
Torang merupakan persona pertama jamak yang dapat bermakna eksklusif dan inklusif, tergantung pada situasi gramatikal pada kalimat—tidak seperti bahasa Indonesia yang memiliki  kami untuk menunjukkan keeksklusifan dan kita yang menunjukkan keinklusifan.

Contoh:

         1) Torang samua basudara.
    ‘Kita semua bersadara.’
2) Torang mo pasiar di Bunaken.
    ‘Kami mau pelesir ke Bunaken.’
b. Ngoni
Persona ngoni mengacu pada mitra tutur yang lebih dari satu orang atau persona kedua jamak.
Contoh:
1) Ngoni mo mangael di mana?
    ‘Kalian mau memancing di mana?’
2) Ngoni mo bilang apa kita nya farek.
    ‘Kalian mau bilang apapun saya tidak peduli.’
c. Dorang
Dorang merupakan persona jamak ketiga, atau sekelompok orang yang menjadi bahan pembicaraan persona pertama dan kedua.
Contoh:
1) Dorang pe mulu sama deng pece.
    ‘Mulut mereka seperti lumpur.’
2) Dorang cuma tau bagaya mar nda ada isi.
    ‘Mereka hanya bisa bergaya tapi tidak ada isi.’

2.2.2   PRONOMINA DEMONSTRATIF
2.2.2.1  Penunjuk Umum
a. Ini
Pronomina penunjuk umum ini, secara atrbutif dalam bahasa Melayu Manado dituturkan secara terbalik jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, misalya frasa buku ini, pohon ini, mobil ini dalam bahasa Indonesia seperti pada contoh kalimat (1a), (2a), dan (3a) di bawah ini akan menjadi ini buku, ini pohon, dan ini mobil dalam bahasa Melayu Manado, seperti yang terlihat pada kalimat contoh (1b), (2b), dan (3b).
Contoh:
1) Ini buku mahal skali.
    ‘Buku ini mahal sekali’
2) Ini pohong pe daong lebat.
    ‘Pohon ini daunnya rindang.’
b. Itu
Sama halnya dengan ini, prilaku semantis dan sintaksis itu dalam bahasa Melayu Manado pun sama, hanya saja ini menunjukan sesuatu yang dekat, sementara itu mengacu pada sesuatu yang jauh.
Contoh:
1) Itu orang so nda tre.
   ‘Orang itu sudah tidak waras.’   
2) Itu ide bagus skali.
    ‘Ide itu bagus sekali.’
   
2.2.2.2  Penunjuk Tempat
Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Melayu Manado sama seperti bahasa Indonesia yakni, sini, situ, dan, sana. Penggunaannya pun sering berbarengan dengan preposisi penujuk arah.
Contoh:
1) Torang mo brangkat dari sini.
    ‘Kita akan bertolak dari sini’
 2)  Depe barang-barang ada di situ.
     ‘Barang-barangnya ada di situ.’   
3). Sapa yang suka mo ka sana?
    ‘Siapa yang mau pergi ke sana?’
    
2.2.2.3 Penunjuk Ihwal
Jika dalam bahasa Indonesia terdapat begini dan begitu sebagai pronomina penunjuk ihwal, dalam bahasa Melayu Manado dapat ditemui bagini dan bagitu. Keduanya, hanya dibedakan oleh fitur fonetik /e/ pada begini dan begitu dan /a/ pada bagini dan bagitu, tetapi kosep semantis yang dimiliki sama.
Contoh:
1) Bagini noh yang jadi kalo torang nda jaga tu alam.
    ‘Begini yang terjadi jika kita tidak bisa menjaga alam.’
2) Kalakuan bagitu nda bagus mo saleng.
    Kelakuan begitu tidak bagus ditiru.’
3) Kemarin dia ada bilang bagini sekarang so bagitu.
    ‘Kemarin dia katakan begini, tapi sekarang begitu.’


2.2.3 PRONOMINA PENANYA
Pronomina penanya digunakan untuk memarkahi kalimat pertanyaan. Dalam bahasa Melayu Manado, kata sapa digunakan untuk menanyakan orang, apa untuk menanyakan tempat, dan mana untuk menayakan pilihan.
Contoh:
1) Sapa yang makang itu coklat?
    ‘Siapa yang makan coklat itu?’
2) Itu anak ada makang apa?
    ‘Anak itu sedang makan apa?’
3) Ali, ngana pe oto yang mana?
    ‘Ali, Mobilmu yang mana?’
Dapat dilihat dilihat dengan jelas bahwa, kalimat pada contoh (1a) dan (1b) menyakan orang; contoh (2a) dan (2b) mempertanyakan sebuah benda atau makanan yang di makan oleh si anak; sedangkan contoh (3a) dan (3b) mengisyaratkan bahwa dalam situasi tersebut si penutur melihat ada beberapa pilihan yang kemungkinan merupakan mobil si Ali.

3. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa bahasa Melayu Manado memiliki tiga variasi kebahasaan dalam kategori pronomina, yakni variasi leksikal, variasi fonologis, dan variasi sintaksis.
Variasi leksikal yang terjadi pada bahasa Melayu Manado ditujukan dengan adanya leksikon kita sebagai pronomina persona pertama tunggal, leksikon ngana sebagai pronomina persona kedua tunggal, leksikon torang sebagai pronomina persona pertama jamak, leksikon dorang sebagai pronomina persona kedua jamak, dan leksikon ngoni sebagai pronomina persona ketiga jamak.
Variasi fonologis terjadi pada pronomina demonstratif  penujuk ihwal begini dan begitu dalam bahasa Indonesia menjadi bagini dan bagitu dalam bahasa Melayu Manado. Dapat dilihat bahwa dalam bahasa Melayu Manado terjadi penurunan bunyi vokal /e/ menjadi bunyi vokal /a/ pada kedua leksikon tersebut.
Variasi sintaksis terjadi pada pronomina demonstratif penunjuk umum ini dan itu. Pada frasa bahasa Indonesia leksikon ini dan itu ditempatkan di belakang nomina, seperti dalam frasa buku itu, rumah itu, mobil ini, hidup ini; sementara dalam bahasa Melayu Manado leksikon tersebut direalisasikan di depan nomina, misalanya itu buku, itu rumah, ini mobil, ini hidop.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan., Soenjono Dardjowidjojo., Hans Lapoliwa., Anton M. Moeliono. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ayatrohaedy. 1979. Dialektologi, Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chambers, J.K., Trudgill, Peter. 1990. Dialektologi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Crystal, David. 1997. The Cambridge Encyclopedia of Language (Second Edition).Cambridge: Cambridge University Press.
Danie, Julianus Akun. 1991. Kajian Geografi Dialek di Minahasa Timur Laut. Jakarta: Balai Pustaka.
Kaswanti Purwo, Bambang. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Seri ILDEP. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta Gramedia.
Nandra, Reniwati. 2009. Dialektologi Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Trudgill, Peter. 1983. On Dialect, Social and Geographical Perspectives. England: Basil Blackwell Publisher Limited.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda