VARIASI BENTUK PRONOMINA DALAM BAHASA MELAYU MANADO
1. PENDAHULUAN
Penerapan
bahasa sebagai sebuah sistem terutama dalam fungsinya sebagai alat komunikasi,
baik lisan maupun tulisan akan lebih maksimal pendayagunaannya jika diiringi
dengan penguasaan perbendaharaan kosakata yang luas.
Karena
kata merupakan salah satu unsur penting dalam bahasa, keberadaannya menentukan
ada tidaknya kalimat, kalimat menentukan ada atau tidaknya paragraf, dst. Lebih
lanjut, dalam setiap kata terdapat sebuah makna bahkan tak jarang ada yang
bersifat ambigu atau polisemi. Makna tersebut dapat berupa leksikal atau makna
gramatikal yang seyogyanya memungkinkan manusia dapat dapat memanfaatkannya
sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaannya, idenya, atau pikirannya.
Lazimnya,
Para ahli membagi kategori kata atau kelas kata menjadi tujuh bagian, berikut
ini dijabarkan satu persatu: 1) Kata Kerja (Verba), merupakan sebuah kata yang
menujukan adanya sebuah perbuatan atau tindakan, yang kemudian dalam konstruksi
kalimat mengisi fungsi predikat; 2) Kata Sifat (Adjektiva), ialah kata yang
dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang,
binatang, dan benda. Dengan kata lain, adjektiva memberikan keterangan lebih
khusus terhadap kata kerja (nomina) dalam kalimat. Sama halnya dengan verba,
adjektiva pun demikian, mengambil posisi predikat dalam kalimat; 3) Kata
Keterangan (Adverbia), adalah
kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikatif, atau kalimat. Adverbia sendiri terdiri atas dua jenis, yakni
adverbia dasar semisal alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, dst.
dan adverbia turunan yang masih terkotak-kotak lagi menjadi tiga bagian, yakni
adverbial reduplikasi, gabungan, dan adverbial yang berasal dari berbagai
kelas; 4) Kata Benda (Nomina), ialah kata yang mengacu pada benda, hal, konsep
manusia, binatang, bisa juga sebuah pengertian yang mengacu pada sebuah objek
atau subjek; 5) Kata Ganti (Pronomina), jenis kategori kata ini berfungsi
dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Dalam bahasa Indonesia pronomina
terbagi atas tiga bagian, yakni nomina persona, nomina penunjuk, dan nomina
penanya; 6) Kata Bilangan (Numeralia), merupakan kata yang digunakan untuk
menunjukkan banyaknya suatu hal atau benda, seperti orang, binatang, barang
dst.; 7) Kata Tugas merupakan kategori kata yang tidak memiliki makna leksikal,
melainkan makna gramatikal. Artinya, makna kata tugas tidak ditentukan dari
oleh kata itu sendiri secara lepas, melainkan ditentukan oleh keberadaan
bentuk-bentuk yang lain dalam kalimat.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional yang berembrio dari bahasa Melayu memiliki banyak dialek,
masing-masing dialek menunjukan ciri yang berbeda antara satu dialek dangan
dialek yang lain, baik secara leksikal, gramatikal, maupun tingkat tutur.
Menurut Chambers dan Trudgill (1990:3),
dialek merupakan sebuah bahasa substandard yang berstatus rendah, dan bersifat
kedesaan. Dalam penggunaannya, dialek dikaikatkan dengan masyarakat tani,
golongan pekerja, atau kelompok-kelompok lain yang tidak berkelas tinggi.
Dialek juga identik dengan masyarakat penutur di daerah-daerah terpencil yang
tidak mempunyai bentuk tulisan, bahkan dianggap sebagai sebuah bentuk kesalahan
atau penyimpangan kaidah dari bahasa baku atau bahasa standar.
Lebih lanjut, Chambers dan Trudgill
(1990:6) mengemukakan bahwa dialek sebagai ragam memiliki variasi tata bahasa
dan leksikal yang berbeda dengan ragam-ragam yang lain. Adapun ragam yang dimaksudkan di sini
merupakan suatu bentuk bahasa yang memiliki perbedaan-perbedaan kecil yang disebut
dialek.
Selanjutnya, berdasarkan rumusan yang
diajukan Panitia Atlas Bahasa-bahasa Eropa (dalam Ayatrohaedi, 1985:1), dialek
adalah suatu sistem kebahasaan yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dengan masyarakat yang lain
yang bertetangga yang menggunakan sistem yang berlainan walaupun erat
hubungannya.
Singkat kata, makalah ini mengangkat masalah mengenai salah satu dialek bahasa Indonesia, yakni bahasa Melayu Manado dari segi kategori kata pronomina atau kata penunjuk. Adapun tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi bahasa yang terjadi pada bahasa Melayu Manado dalam hal pronomina.
Bahasa Melayu Manado dituturkan oleh penduduk di kota Manado, Bitung, Langowan, kabuapten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan sekitarnya. Dan sebagai salah satu dialek dari bahasa Melayu, tentulah sebagian besar kosakata dalam bahasa Melayu Manado sama dengan bahasa Indonesia. Namun demikian, bahasa Melayu Manado tetap memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Salah satu perbedaan yang paling mencolok dan menarik dalam bahasa Melayu Manado, yakni penggunaan pronomina persona pertama tunggal “kita” yang dalam bahasa Indonesia merupakan pronomina persona pertama jamak. Selain itu, pronomina ngana dalam bahasa Melayu Manado menjadi sebuah identitas bahasa yang menunjukan identitas daerah bagi penuturnya.
Singkat kata, makalah ini mengangkat masalah mengenai salah satu dialek bahasa Indonesia, yakni bahasa Melayu Manado dari segi kategori kata pronomina atau kata penunjuk. Adapun tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan variasi bahasa yang terjadi pada bahasa Melayu Manado dalam hal pronomina.
Bahasa Melayu Manado dituturkan oleh penduduk di kota Manado, Bitung, Langowan, kabuapten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, dan sekitarnya. Dan sebagai salah satu dialek dari bahasa Melayu, tentulah sebagian besar kosakata dalam bahasa Melayu Manado sama dengan bahasa Indonesia. Namun demikian, bahasa Melayu Manado tetap memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Salah satu perbedaan yang paling mencolok dan menarik dalam bahasa Melayu Manado, yakni penggunaan pronomina persona pertama tunggal “kita” yang dalam bahasa Indonesia merupakan pronomina persona pertama jamak. Selain itu, pronomina ngana dalam bahasa Melayu Manado menjadi sebuah identitas bahasa yang menunjukan identitas daerah bagi penuturnya.
2. PEMBAHASAN
2.1
BATASAN DAN CIRI PRONOMINA DALAM BAHASA INDONESIA
Menurut Hasan Alwi, dkk. (1998:249) pronomina
adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Misalnya, nomina guru dalam kalimat ”Guru mengajar dengan
baik” dapat diganti dengan pronomina ia dan
dia sehingga terdapat kalimat seperti
“Ia mengajar dengan baik” atau “Dia mengajar dengan baik”.
Ditinjau dari fungsinya dapat
dikatakan bahwa pronomina dapat menduduki posisi yang pada umumnya ditempati
oleh kelas nomina seperti subjek dan objek. Perhatikan kata-kata bercetak
miring pada contoh di bawah ini:
1. Para polisi itu menangkap pelaku perampokan di pasar
S P O Ket.
2. Mereka menangkap pelaku perampokan di pasar
1. Para polisi itu menangkap pelaku perampokan di pasar
S P O Ket.
2. Mereka menangkap pelaku perampokan di pasar
S P O Ket.
3. Saya sudah mengembalikan buku Lisda kemarin
3. Saya sudah mengembalikan buku Lisda kemarin
S
P O Ket.
4. Saya sudah mengembalikan bukunya kemarin
S P O Ket.Apabila kita perhatikan dengan seksama maka akan kita dapati pada contoh-contoh di atas bahwa pronomina selain mengacu pada nomina yang digantinya, juga mengganti fungsi sintaksis nomina tersebut. Frasa nominal Para polisi itu yang menduduki fungsi subjek dalam kalimat pada contoh (1) digantikan dengan pronomina persona ketiga jamak mereka dalam kalimat pada contoh (2); sedangkan Lisda dalam frasa nominal buku Lisda yang berkedudukan sebagai objek dalam kalimat pada contoh (3) diganti dengan pronomina persona ketiga melekat –nya yang menunjukan kepemilikan sehingga menjadi bukunya.
Dalam bahasa Indonesia, terdapat
tiga jenis pronomina, yakni pronomina persona, pronomina penunjuk, dan
pronomina penanya.
a. Pronomina Persona
Pronomina persona merupakan kata
ganti yang mengacu pada orang. Kata ganti ini masih terbagi atas tiga jenis,
yakni persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Persona pertama
menyangkut orang sedang berbicara atau komunikator sedangkan persona kedua
merupakan mitra tutur dari penutur atau persona pertama, sementara itu orang
yang sedang dibicarakan antara persona pertama dan kedua disebut persona
ketiga. Untuk lebih jelas, perhatikan bangan berikut ini.
Persona
|
Makna
|
|||
Tunggal
|
Jamak
|
|||
Netral
|
Eksklusif
|
Inklusif
|
||
Pertama
|
saya, aku, ku-, -ku
|
|
kami
|
kita
|
Kedua
|
Engkau, kamu, anda,
dikau, kau-, -mu
|
Kalian, kamu sekalian,
anda sekalian
|
|
|
Ketiga
|
Ia, dia, beliau,
-nya |
mereka
|
|
|
*Sumber Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
b.
Pronomina Penunjuk
Pronomina
penunjuk dalam bahasa Indonesia terbagi atas tiga macam, yakni 1) pronomina
penunjuk umum, 2) pronomina penunjuk tempat, dan 3) pronomina penunjuk ihwal.
Berikut penjelasannya:
1. Pronomina Penunjuk
Umum
Pronomina
penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini
mengacu pada tempat yang dekat dengan penulis atau pembicara; itu mengacu pada sesuatu yang lebih
jauh; sedangkan anu disebutkan ketika
pembicara lupa dengan apa yang ingin disampaikan sementara tuturan sedang
berlangsung.
2. Pronomina Penunjuk
Tempat
Pronomina
penunjuk tempat digunakan untuk menujukan jauh dekatnya sebuah lokasi dari
sudut pandang pembicara—apabila lokasi yang dimaksud itu dekat maka ia akan
menggunakan kata sini, agak jauh
dengan situ, dan jika tempaatnya jauh
pembicara akan menggunakan kata sana.
3. Pronomina Penunjuk
Ihwal
Pronomina
penunjuk ihwal atau perihal dalam bahasa Indonesia ialah begini dan begitu.
Parameter perbedaannya sama dengan pronomina penunjuk tempat yakni jauh begini dan dekat begitu. Dalam konteks
tertentu, secara semantis keduanya dapat digantikan dengan kata demikian.
3.
Pronomina Penanya
Pronomina
penanya merupakan pemarkah yang berfugsi sebagai penanda dalam kalimat
interogatif. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata siapa jika yang dipertanyakan adalah orang; apa mengacu pada barang atau hewan, sementara mana jika ihwal yang dimaksudkan merupakan sebuah pilihan.
2.2
ANALISIS PRONOMINA DALAM BAHASA MELAYU MANADO
2.2.1 PRONOMINA PERSONA
Bahasa
Melayu Manado yang masih serumpun dengan bahasa Melayu, tentu saja memiliki
banyak kesamaan kosakata termasuk dalam kategori atau kelas kata pronomina,
namun demikian, bahasa Melayu Manado tetap memiliki perbedaan sebagai dialek
baik dari segi leksikon maupun sintaksis.
2.2.1.1 Persona Tunggal
a.
Kita
Persona pertama tunggal
dalam bahasa Melayu Manado adalah kita.
Kita dalam bahasa Melayu Manado digunakan dalam percakan sehari-hari atau
hanya dalam situasi informal saja. Ketika seseorang berada dalam situasi formal
persona pertama kita ini akan diganti
dengan persona pertama tunggal bahasa Indonesia saya.
Contoh:
1) Kita ada momasa ikang
‘Saya sedang memasak ikan’
2) Dorang
ada pukul pa kita
‘Mereka memukul saya’
b. Ngana
Ngana merupakan
persona kedua yang mengacu pada mitra tutur. Ngana sebagai pronomina persona kedua, tidak boleh salah digunakan
karena berkaitan dengan nilai etika atau kesopanan berbahasa pada orang Manado.
Sama
halnya dengan kata kita, kata ngana
juga digunakan pada tuturan sehari-hari, namun pemaikaannya dikat oleh relasi
hierarkis antara para penggunanya, namun jika penutur dan mitra tutur memiliki
relasi bersifat egaliter atau sederajad, baik penutur maupun mitra tutur dapat
menggunakan kata ngana dalam
percakapan mereka.
Ngana
tidak bisa dipakai kepada orang yang jauh lebih tua dari mitra tutur, atau anak
kepada orang tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada atasan. Dengan kata
lain, yang dapat menggunakan kata ngana adalah
mereka yang secara hierarkis barada pada posisi strata sosial yang lebih tinggi
daripada mitra tutur. Namun demikian, untuk konteks tertentu, perihal kata ngana ini lebih dipengaruhi oleh
seberapa dekat dan jauh hubungan emosional atarpemakainya.
Contoh:
1) Ngana mo makang apa?
‘Anda ingin makan apa?’
2) Ngana pe mama ada pi pasar.
‘Ibumu
pergi ke pasar.’
c. Dia
Dia dipakai
sebagai pengganti untuk mengacu pada orang yang sedang dibicarakan atau
pronomina persona ketiga. Pada dasarnya, bentuk ini sama dengan bahasa induknya,
yakni bahasa Melayu.
Contoh:
1) Dia mo makang mar depe bibir ada sariawan.
‘Dia mau makan tapi ada
sariawan di bibirnya.’
2) Dia pe laki orang so ambe.
‘Suaminya
telah diambil orang.’
2.2.1.2 Persona Jamak
a. Torang
Torang
merupakan persona pertama jamak yang dapat bermakna eksklusif dan inklusif,
tergantung pada situasi gramatikal pada kalimat—tidak seperti bahasa Indonesia
yang memiliki kami untuk menunjukkan keeksklusifan dan kita yang menunjukkan keinklusifan.
Contoh:
1) Torang samua basudara.
‘Kita semua bersadara.’
2) Torang mo pasiar di Bunaken.
‘Kami
mau pelesir ke Bunaken.’
b. Ngoni
Persona
ngoni mengacu pada mitra tutur yang
lebih dari satu orang atau persona kedua jamak.
Contoh:
1) Ngoni mo mangael di mana?
‘Kalian
mau memancing di mana?’
2) Ngoni mo bilang apa kita nya farek.
‘Kalian
mau bilang apapun saya tidak peduli.’
c. Dorang
Dorang
merupakan persona jamak ketiga, atau sekelompok orang yang menjadi bahan
pembicaraan persona pertama dan kedua.
Contoh:
1) Dorang pe mulu sama deng pece.
‘Mulut mereka seperti lumpur.’
2) Dorang cuma tau bagaya mar nda ada isi.
‘Mereka
hanya bisa bergaya tapi tidak ada isi.’
2.2.2
PRONOMINA DEMONSTRATIF
2.2.2.1 Penunjuk Umum
a. Ini
Pronomina
penunjuk umum ini, secara atrbutif
dalam bahasa Melayu Manado dituturkan secara terbalik jika dibandingkan dengan
bahasa Indonesia, misalya frasa buku ini,
pohon ini, mobil ini dalam bahasa Indonesia seperti pada contoh kalimat
(1a), (2a), dan (3a) di bawah ini akan menjadi ini buku, ini pohon, dan ini
mobil dalam bahasa Melayu Manado, seperti yang terlihat pada kalimat contoh
(1b), (2b), dan (3b).
Contoh:
1) Ini buku mahal skali.
‘Buku ini mahal sekali’
2) Ini pohong pe daong lebat.
‘Pohon
ini daunnya rindang.’
b. Itu
Sama
halnya dengan ini, prilaku semantis
dan sintaksis itu dalam bahasa Melayu
Manado pun sama, hanya saja ini menunjukan
sesuatu yang dekat, sementara itu
mengacu pada sesuatu yang jauh.
Contoh:
1) Itu orang so nda tre.
‘Orang
itu
sudah tidak waras.’
2) Itu
ide bagus skali.
‘Ide
itu
bagus sekali.’
2.2.2.2 Penunjuk Tempat
Pronomina
penunjuk tempat dalam bahasa Melayu Manado sama seperti bahasa Indonesia yakni,
sini, situ, dan, sana. Penggunaannya pun sering berbarengan dengan preposisi
penujuk arah.
Contoh:
1) Torang
mo brangkat dari sini.
‘Kita akan bertolak dari sini’
2) Depe barang-barang ada di situ.
‘Barang-barangnya ada di situ.’
3). Sapa
yang suka mo ka sana?
‘Siapa yang mau pergi ke sana?’
2.2.2.3 Penunjuk Ihwal
Jika
dalam bahasa Indonesia terdapat begini
dan begitu sebagai pronomina penunjuk
ihwal, dalam bahasa Melayu Manado dapat ditemui bagini dan bagitu.
Keduanya, hanya dibedakan oleh fitur fonetik /e/ pada begini dan begitu dan /a/
pada bagini dan bagitu, tetapi kosep semantis yang dimiliki sama.
Contoh:
1) Bagini noh yang jadi kalo torang nda jaga tu alam.
‘Begini yang terjadi jika kita
tidak bisa menjaga alam.’
2) Kalakuan
bagitu nda bagus mo saleng.
Kelakuan begitu tidak bagus
ditiru.’
3) Kemarin
dia ada bilang bagini sekarang so bagitu.
‘Kemarin dia katakan begini, tapi sekarang begitu.’
2.2.3 PRONOMINA PENANYA
Pronomina
penanya digunakan untuk memarkahi kalimat pertanyaan. Dalam bahasa Melayu
Manado, kata sapa digunakan untuk
menanyakan orang, apa untuk
menanyakan tempat, dan mana untuk
menayakan pilihan.
Contoh:
1) Sapa yang makang itu coklat?
‘Siapa
yang makan coklat itu?’
2) Itu
anak ada makang apa?
‘Anak itu sedang makan apa?’
3) Ali,
ngana pe oto yang mana?
‘Ali, Mobilmu yang mana?’
Dapat
dilihat dilihat dengan jelas bahwa, kalimat pada contoh (1a) dan (1b) menyakan
orang; contoh (2a) dan (2b) mempertanyakan sebuah benda atau makanan yang di
makan oleh si anak; sedangkan contoh (3a) dan (3b) mengisyaratkan bahwa dalam
situasi tersebut si penutur melihat ada beberapa pilihan yang kemungkinan
merupakan mobil si Ali.
3. KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwa bahasa Melayu Manado memiliki tiga variasi
kebahasaan dalam kategori pronomina, yakni variasi leksikal, variasi fonologis,
dan variasi sintaksis.
Variasi
leksikal yang terjadi pada bahasa Melayu Manado ditujukan dengan adanya
leksikon kita sebagai pronomina
persona pertama tunggal, leksikon ngana sebagai
pronomina persona kedua tunggal, leksikon torang
sebagai pronomina persona pertama jamak, leksikon dorang sebagai pronomina persona kedua jamak, dan leksikon ngoni sebagai pronomina persona ketiga
jamak.
Variasi
fonologis terjadi pada pronomina demonstratif
penujuk ihwal begini dan begitu dalam bahasa
Indonesia menjadi bagini dan bagitu dalam bahasa Melayu Manado.
Dapat dilihat bahwa dalam bahasa Melayu Manado terjadi penurunan bunyi vokal
/e/ menjadi bunyi vokal /a/ pada kedua leksikon tersebut.
Variasi
sintaksis terjadi pada pronomina demonstratif penunjuk umum ini dan itu. Pada frasa bahasa Indonesia leksikon ini dan itu ditempatkan
di belakang nomina, seperti dalam frasa buku
itu, rumah itu, mobil ini, hidup ini; sementara dalam
bahasa Melayu Manado leksikon tersebut direalisasikan di depan nomina,
misalanya itu buku, itu rumah, ini mobil, ini hidop.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan., Soenjono Dardjowidjojo.,
Hans Lapoliwa., Anton M. Moeliono. 1998. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ayatrohaedy. 1979. Dialektologi, Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chambers, J.K., Trudgill, Peter. 1990. Dialektologi. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.
Crystal, David. 1997. The Cambridge Encyclopedia of Language
(Second Edition).Cambridge: Cambridge University Press.
Danie,
Julianus Akun. 1991. Kajian Geografi
Dialek di Minahasa Timur Laut. Jakarta: Balai Pustaka.
Kaswanti Purwo, Bambang. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Edisi
Revisi. Seri ILDEP. Jakarta: Balai Pustaka.
Kridalalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta Gramedia.
Nandra, Reniwati. 2009. Dialektologi Teori dan Metode.
Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Trudgill,
Peter. 1983. On Dialect, Social and
Geographical Perspectives. England: Basil Blackwell Publisher Limited.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda